HI FISIP Universitas Alghifari Dorong Moderasi Beragama di Negara Amerika dalam Webinar Nasional

  • Bagikan

Yayasan Ahmadina Mulya Bandung bekerjasama dengan HI Fisip Unfari menggelar Webinar Nasional Moderasi Beragama di Negara Minoritas Muslim United State of Amerika (USA) yang dilaksanakan pada hari Senin, 09 Januari 2023 Pukul 13.00 melalui Zoom Meeting.

Hadir sebagai Peserta mahasiswa diberbagai kampus dan masyarakat umum. Dengan Narasumber Dr. Koko Adya Winata, S.I.P yang merupakan Dosen Universitas Sangga Buana sekaligus Ketua MUI Kecamatan Cibeunying Kidul dan Tom Finaldin, S.I.P,. M.Si yang merupakan Kaprodi sekaligus Dosen Hubungan Internasional Universitas Al-Ghifari serta Dr. Ahmad Zakiyuddin, M.I.Kom. yang merupakan Dosen Isam dan Hi di Universitas Al-Ghifari sekaligus ketua Perhumani sebagai Keynote Speakter di acara webinar tersebut.

Dalam Orasinya Ahmad Zakiyuddin Mengatakan dimensi moderasi beragama masyarakat muslim minoritas di Amerika setidaknya tergambarkan melalui dua hal pokok. Pertama menyangkut paham keagamaan yang dianut. Kedua berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama.

Pada dimensi paham keagamaan, masyarakat muslim Amerika didominasi oleh perantau dari Negara-Negara Mayoritas Muslim,” Ungkap Zaki.

Selanjutnya Zakiyuddin menambahkan toleransi antar umat beragama merupakan kunci menjaga kerukunan dalam masyarakat.

Sikap toleran diwujudkan dalam berbagai bidang, seperti keagamaan dan sosial. Dalam hal ini pula, agama berperan positif menyatukan ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota masyarakat muslim Amerika dengan non-muslim Amerika,” Tegas Zaki.

Sementara Koko dalam makalahnya mengatakan Kata moderasi mengadopsi dari bahasa Latin yaitu moderatio yang mempunyai arti kesedangan (tidak lebih dan tidak kurang). Kata itu juga bisa bermakna pengendalian diri dari sikap berlebih-lebihan dan kekurangan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata moderasi diartikan sebagai pengurangan kekerasant dan penghindaran dari keekstreman.
Nilai moderasi beragama yakni; sesuatu yang abstrak yang dijadikan pedoman dalam bersikap atau bertingkah laku yang meliputi nilai tawasuth, tawazun, ta’adul, tasamuh dan tasyawur, ” Kata Koko.

Ketua Jurusan HI Unfari Tom Finaldin menegaskan bahwa Polemik beragama muncul kepermukaan sehingga mengakibatkan terkoyaknnya kerukunan umat beragama.

Perbedaan keagamaan dipahami sebagai sebuah ancaman bukan sebuah keniscayaan yang merupakan takdir Tuhan. Pemahaman keagamaan yang tidak utuh dapat mendorong prilaku intoleran dan radikal dengan mengatasnamakan agama,” Ungkap Tom.

Untuk mengantisipasi fenomena tersebut diperlukan pemahaman keagamaan melalui konsep moderasi beragama, ” Pungkas Tom.

  • Bagikan