BPS: Jumlah Pengangguran di Banten Melonjak Tiap Tahun

  • Bagikan

KliksajaBanten.co – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat kondisi ketenagakerjaan Provinsi Banten periode Februari – Agustus 2016 menunjukkan penurunan jumlah angkatan kerja dari 5,69 juta orang menjadi 5,59 juta orang atau ada sekitar 99 ribu orang.

Hal tersebut sejalan dengan penurunan jumlah angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami penurunan dari 65,56 persen menjadi 63,66 persen. Penurunan TPAK ini merupakan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi suplai tenaga kerja.

Kepala BPS Provinsi Banten, Agus Subeno mengatakan, penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 99 ribu orang selama periode Februari – Agustus 2016 terjadi karena adanya drop out penduduk bekerja secara relatif sebanyak 146 ribu orang serta bertambahnya pencari kerja sebanyak 46 ribu orang.

“Angkatan kerja berubah status menjadi bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan melakukan kegiatan lainnya). Banyaknya lulusan dari universitas juga menambah jumlah tingkat pengangguran terbuka di setiap tahunnya,” katanya, Selasa (8/11).

Peningkatan jumlah penduduk bukan angkatan kerja, lanjut Agus yang berarti mengurangi suplai tenaga kerja. Dan perlu dicermati lebih lanjut apakah dikarenakan lapangan pekerjaan yang terbatas sehingga mereka terpaksa beralih ke aktivitas rumah tangga.

“Secara relatif angka pengangguran menunjukan kenaikan dari 7,95 persen pada Februari 2016 menjadi 8,92 persen pada bulan Agustus 2016. Angka pengangguran Provinsi Banten selama beberapa periode tercatat lebih tinggi dibanding angka pengangguran nasional,” terangnya.

Di Provinsi Banten banyak terdapat lapangan pekerjaan yang menarik migran untuk masuk ke Banten. Banyaknya migran masuk yang mencari pekerjaan ini tidak semuanya terserap oleh pasar kerja sehingga menambah jumlah pengangguran di Banten. Migran masuk yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah memperoleh pekerjaan di Banten.

Sementara itu, pergeseran komposisi angkatan kerja menurut pendidikan juga terjadi pada pencari kerja. Persentase pencari kerja yang berpendidikan tinggi (diploma dan sarjana) turun dari 7,86 persen menjadi 6,77 persen. Sebaliknya, persentase pengangguran yang mengenyam pendidikan menengah (SMA/SMK) mengalami kenaikan dari 40,73 persen menjadi 44,68 persen.

Diketahui, selama periode Februari – Agustus 2016, TPT SMK menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 13,54 persen pada Februari dan turun menjadi 13,14 persen pada Agustus. TPT penduduk berpendidikan SMK yang cukup tinggi memberikan gambaran bahwa tujuan dari pendirian SMK untuk menciptakan siswa yang siap bekerja belum dapat tercapai. TPT universitas menempati urutan paling rendah, yaitu sebesar 3,99 persen pada Februari 2016 dan turun menjadi 3,47 persen pada Agustus 2016.

“Keadaan ini dapat memberikan indikasi bahwa angkatan kerja berpendidikan tinggi memiliki daya saing yang tinggi dalam memperoleh pekerjaan,” pungkasnya.

  • Bagikan