Keketuaan ASEAN Indonesia 2023, Momentum Mengembangkan Potensi Kawasan

  • Bagikan

IMF mematok pertumbuhan global 2,7 persen pada 2023. Namun, ASEAN ternyata diproyeksi akan tumbuh di atas rata-rata dunia.

Indonesia ditetapkan memegang tongkat estafet Keketuaan ASEAN pada 2023, menggantikan Kamboja. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan kick off Keketuaan ASEAN itu pada Minggu (29/1/2023) di Bundaran Hotel Indonesia.

Prosesi keketuaan itu secara resmi dimulai dengan pemukulan alat musik rabana biang. Dengan dipukulnya alat seni itu, pertanda Indonesa telah memulai perannya, yakni Keketuaan ASEAN 2023.

Sebagai salah satu negara pendiri ASEAN dan negara terbesar di ASEAN, banyak pihak menyandarkan harapan pada Indonesia. Tak lain, agar Indonesia dapat melakukan berbagai terobosan dan inovasi dalam menghadapi berbagai permasalahan dunia yang juga dihadapi kawasan.

Melalui tema Keketuaan ASEAN yaitu: “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, Indonesia bertekad mengarahkan kerja sama ASEAN 2023 untuk melanjutkan dan memperkuat relevansi ASEAN dalam merespons tantangan kawasan dan global, serta memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan, untuk kemakmuran rakyat ASEAN.

International Monetary Fund (IMF) memproyeksi pertumbuhan global hanya 2,7 persen pada 2023, turun dibandingkan proyeksi 2022 sebesar 3,2 persen, dan 6 persen pada 2021. Namun, pertumbuhan kawasan itu masih berada di atas pertumbuhan rata-rata dunia.

Laporan IMF bahkan menunjukkan, dalam satu dekade terakhir, rata-rata pertumbuhan tahunan ASEAN mencapai 3,98 persen, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,6 persen. Lembaga dunia itu juga memproyeksikan pertumbuhan di kawasan ASEAN pada 2022 sebesar 5,1 persen.

Bagi Indonesia, tren ini positif dan patut dipertahankan melalui Keketuaan Indonesia. Tentu dengan pertumbuhan sebesar itu, negara-negara yang tergabung di organisasi multilateral kawasan akan dapat terdongkrak kesejahteraannya, juga dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi masyarakat ASEAN.

Keketuaan Indonesia juga memberikan kesempatan bagi ASEAN untuk berperan aktif, menawarkan ide dan solusi untuk kepentingan perdamaian dan kemakmuran di kawasan. Untuk itu, sebagai ketua, Indonesia bisa mendorong dan memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.

Potensi besar ekonomi negara yang tergabung di ASEAN ini tergambarkan dari data Seastats yang mengutip data IMF 2023. Di mana laporan itu menyebutkan, total gross domestic product (GDP) ASEAN sebesar USD3.909,93.

Bila dirinci lebih jauh per negara, maka tercatat Indonesia USD1.390 miliar, Thailand (USD580,69 miliar), Vietnam (USD469,62 miliar), Malaysia (USD467,46 miliar), Singapura (USD447,16 miliar), Filipina (USD425,66 miliar), Myanmar (USD63,56 miliar), Kamboja (USD30,71 miliar), Brunai Darussalam (USD17,94 miliar), Laos (USD15,04 miliar), dan Timor Leste (USD2,09 miliar).

Dari gambaran di atas, Keketuaan Indonesia bisa dikatakan menjadi memontum yang tepat untuk membawa Kawasan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan sesuai dengan tema ASEAN tahun ini. Dengan tingkat pertumbuhan di atas kawasan regional lainnya, ASEAN tetap menjadi lokasi yang menarik bagi investasi asing, memberikan investor akses ke salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Tak dipungkiri, peran ASEAN menjadi penting di tengah konstelasi dunia yang kini sedang terfragmentasi. Dalam konteks persaingan perebutan pengaruh geopolitik, hubungan AS-Tiongkok kini ditengarai tengah tidak harmonis.

Dengan kondisi, ASEAN mungkin menikmati posisi geopolitik yang menguntungkan tersebut. Kedua negara adidaya, baik secara ekonomi maupun politik, berlomba-lomba menarik ASEAN ke dalam wilayah pengaruhnya dengan insentif ekonomi.

AS misalnya, menawarkan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP). Pasalnya, Amerika Serikat hanya memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara ASEAN.

Demikian pula Tiongkok. Negeri Panda itu juga menawarkan pelbagai kerja sama ekonomi, seperti Regional Comprehensive Economic Patnership (RCEP). Tiongkok juga berperan penting di inisiatif kerja sama ekonomi regional tersebut.

Tiongkok juga memiliki tawaran insentif ekonomi yang lebih dashyat lagi melalui inisiatif One Belt One Road (OBOR), sebuah inisiatif strategi pengembangan infrastruktur yang investasinya melibatkan 150 negara.

Tentu masih banyak peluang yang bisa dikembangkan dari potensi Asean melalui Keketuaan Indonesia selama tahun ini, seperti potensi di sektor wisata dan lingkungan epidemiologis sepanjang 2023 demi mendorong kemakmuran bersama.

  • Bagikan