Kepingan Malam Jahanam: Untung yang Belum Beruntung

  • Bagikan

Kliksaja.co – Abdullah menyematkan doa dalam nama putranya, Kusman. Berharap kehormatan selalu menyelimuti tiap sendi kehidapan sang buah hati yang lahir dari istri keduanya di Desa Sruni, Kedungbajul, Kebumen, Jawa Tengah pada 3 Juli 1926.

Kusman, yang dalam masyarakat jawa kerap diartikan sebagai Ambisi dan Kehormatan tersebut sejak kecil sudah diasuh oleh pamannya yang bernama Syamsuri.

Bocah paling gesit diantara kawan sebayanya ini paling hobi bermain bola. Dan terpilih menjadi anggota KVC (Kaparen Voetball Club) paling muda di desanya.

Setelah lulus sekolah dasar, Kusman melanjutkan ke sekolah dagang namun tidak sampai selesai karena Jepang mulai masuk ke Indonesia dan Kusman bergabung ke dalam Heiho.

Semasa perang kemerdekaan Kusman muda bergabung dengan Batalyon Sudigdo yang berada di Wonogiri, Solo. Selanjutnya Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan agar Batalyon Sudigdo dipindahkan ke Cepogo, di lereng gunung Merbabu.

Kusman muda lantas pergi ke Madiun dan bergabung dengan teman-temannya. Setelah peristiwa Madiun, Kusman berganti nama menjadi Untung Sutopo bin Syamsuri dan masuk TNI melalui Akademi Militer di Semarang.

Memiliki karier militer cemerlang. Seakan menjadi bukti Tangan Tuhan bekerja dengan baik menyambut doa sang ayah yang hanya bekerja di sebuah toko peralatan batik di Pasar Kliwon, Solo masa lalu.

Karier Untung Sutopo bin Syamsuri melejit. Untung tak sekadar beruntung. kepintarannya membawa ia menjadi siswa terbaik Akademi Militer yang pada masa pendidikan karap bersaing dengan Benny Moerdani perwira muda yang sangat menonjol dalam lingkup RPKAD.

Keduanya bahu-membahu dalam operasi perebutan Irian Barat. Misi berhasil! Untung dan Benny kemudian menjadi andalan dan kesayangan Soeharto yang dipercaya menjadi Panglima Mandala.

Hubungan Soeharto yang pernah menjadi atasan Untung di Kodam Diponegoro semakin intim. Prajurit yang wafat dengan semat Jenderal bintang lima itu bahkan hadir dalam resepsi pernikahan Untung di Kebumen beberapa bulan sebelum Gerakan 30 September meletus.

Atas nama persahabatan atau lain alasan. Soeharto dan istri rela menempuh jarak Jakarta – Kebumen yang pada masa itu sarana transportasi sangatlah sulit.

Kedekatan ini, menurut analis banyak pengamat, memberi alasan mengapa Letkol. Untung tidak memasukan Soeharto ke dalam daftar jenderal yang harus di culikĀ  pada saat Gerakan 30 September.
(bersambung)

  • Bagikan