Mengelola Risiko Banjir Pantura

  • Bagikan


Pengendalian banjir di daerah Demak, Kudus, Jepara, dan Pati difokuskan pada pengelolaan banjir dua sungai utama, yakni Kali Wulan dan Kali Juwana. Berbagai teknik dipraktekkan.

Genangan air masih enggan beringsut pergi dari kawasan Desa Karangnowo, Jakenan, Pati, Jawa Tengah. Hingga Sabtu (14/1/2022), tinggi genangan masih sekitar 1–1,5 meter di jalanan desa dan 50 cm di rumah-rumah penduduk. Area persawahan di sekeliling Karangnowo pun berubah laksana hamparan laut dengan air warna coklat keruh.

Dua pekan berlalu, air genangan tak kunjung surut. Desa Karangnowo mulai tergenang dan nyaris tenggelam sejak malam tahun baru 2023. Kali Juwana yang mengalir di pinggir desa meluap. Apa lagi, hari-hari berikutnya hujan terus datang.

Genangan air di Desa Karangnowo tak bisa mengalir kembali ke sungai, karena paras air di Kali Juwana sama tingginya. Sialnya, Kali Juwana pun tak mudah memuntahkan airnya ke Laut Jawa, yang berjarak 8 km dari Kanangnowo. Gelombang laut sedang tinggi.

Tak hanya Karangnowo, sejumlah desa lain di tepian Kali Juwana pun kebanjiran. Bahkan puluhan desa di Kabupaten Demak, Kudus, dan Jepara juga mengalalami hal serupa. Hujan deras beberapa hari di akhir tahun, yang berlanjut di pekan pertama Januari 2023, membuat dataran redah di tepi sungai di keempat kabupaten tersebut kebanjiran. Banjir rob membuat situasi makin buruk.

Banjir di hari-hari pergantian tahun itu juga melanda di semua daerah pantai utara (Pantura) Jawa Tengah, mulai dari Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Pati, dan Rembang. Bahkan, limpasan banjir dan air rob itu sempat melumpuhkan sebagian wilayah utara Kota Semarang, selama beberapa hari.

Namun yang genangannya berkepanjangan memang sebagian desa di Demak, Kudus, Jepara, dan Pati. Situasi banjir itu pun berhari-hari menjadi bahan pemberitaan di media mainstream maupun media sosial. Maka, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pun tak mau tinggal diam. Bersama timnya, Menteri Basuki muncul di bantaran Kali Juwana di Pati, pada Kamis (12/1/2023).

‘’Saya ditugaskan Presiden Jokowi melihat banjir di Kudus, Jepara, dan Pati. Sebab sampai tadi malam pun, banjir di sini masih menjadi berita di berbagai media nasional. Jadi, harus ada program penanganan yang jelas untuk dilaporkan,” kata Menteri Basuki.

Secara umum, banjir di Pantura Jawa Tengah itu tak berbeda dari banjir musiman di pantura Jawa pada umumnya. Ada masalah abrasi, banjir air rob, ada isu subsidensi (keamblesan) tanah, perkara pendangkalan sungai, kerusakan daerah aliran sungai (DAS), atau kombinasinya. Beberapa kota dan kabupaten sudah punya roadmap mengatasi banjir, meski realisasinya masih jauh dari memadai.

Namun, yang paling mendesak ialah banjir pada dataran rendah di Demak, Kudus, Jepara, dan Pati. Area langganan banjir ini dulunya adalah perairan yang kemudian tersedimentasi menjadi daratan rendah, dengan elevasi saat ini 1–2 meter di atas permukaan laut.

Desa Karangnowo tampaknya termasuk kategori tersebut. Catatan sejarah menunjukkan, pada abad 16, wilayah ini adalah perairan yang masih sering dilayari dengan perahu-perahu kecil dan sedang. Di dataran rendah di lembah Gunung Muria itu sejak lama telah menjadi langganan limpasan banjir Kali Lusi, sungai dengan DAS yang hampir 900 km2 luasnya. Kali Lusi ini merupakan hasil gabungan dari Sungai Serang yang berhulu di Lereng Gunung Merbabu (Kabupaten Semarang) dan Kali Lusi yang berhulu di Pegunungan Kendeng Utara Grobogan. Keduanya bertemu di Bendung Wilalung, sekitar 15 km sebelah selatan Kota Kudus. Bendungan ini dibangun di era Kolonial Belanda.

Dari Waduk Wilalung, Kali Lusi ini bercabang dua. Yang ke arah utara disebut Kali Wulan dan bermuara di Wedung (Jepara), sedangkan yang ke timur laut dinamai Kali Juwana (ada yang menyebut Kali Godi). Kali Wulan kerap menimbulkan dampak limpasan di daerah Kudus, Demak, dan Jepara, sedangkan Kali Juwana mengakibatkan genangan banjir di Kabupaten Kudus dan Pati.

Apa yang akan dilakukan Menteri Basuki? ‘’Normalisasi Kali Wulan dan Kali Juwana,’’ sergah Menteri PUPR. Programnya sudah berjalan, tapi akan ada percepatan sekaligus penambahan kapasitas.

Di DAS Kali Wulan ada program normalisasi serang wulan drainase (SWD) 1 dan SWD 2. Untuk Kali Juwana juga ada program normalisasi. Dalam program normalisasi itu ada unsur pengerukan, pelebaran, pembuatan tanggul, kanal, kolam retensi, dan pompa-pompa air.

Sebagian programnya sudah berjalan. Pelaksananya, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana, biayanya didukung Asian Development Bak (ADB) melalui Program Flood Management And Coastal Protection Project.

Yang akan dipercepat, kata Menteri Basuki, adalah pembangunan kolam penampung dan penguatan kapasitas pompa di Kecamatan Jati Kudus, Kabupaten Kudus. Pengadaan rumah pompa dan kolam penampung ditanggung Pemkab Kudus. Pompanya dari Kementerian PUPR.

“Kapasitas pompanya akan kita tingkatkan sepuluh kali lipat dari hanya 500 liter/detik menjadi 4.500 atau 5.000 liter/detik untuk menangani banjir kawasan seluas sekitar 9 km2. Pekerjaannya akan dimulai dan juga selesai tahun ini tanpa harus memperluas rumah pompa yang saat ini ada sehingga tidak perlu pembebasan lahan,” kata Menteri Basuki.

PUPR juga akan merevitalisasi sistem pengendalian banjir di Desa Dorang, Kecamatan Nalumsari, Jepara, yang masuk dalam DAS Kali Wulan. Sedangkan perlakuan untuk Kali Juwana tak jauh berbeda. Pembangunan tanggul yang sudah berjalan 10 km, akan ditambah 6 km lagi.

Lalu, aliran air dari Bendung Wilalung ke arah Kali Juwana akan dipangkas karena lembah Kali Juwana lebih rentan dan dihuni oleh banyak penduduk. Maka, sebagian besar air Kali Lusi akan mengalir ke Kali Wulan.

Di dekat muara Kali Juwana akan dibangun Bendung Karet dengan daya tampung 4,6 juta m3 air. Bila air laut pasang tinggi, bendung karet itu akan mengembang dan menahan air laut mengalir ke arah darat melalui Kali Juwana. Sebaliknya, aliran Kali Juwana dialihkan lewat kanal dan dipompa ke sisi hilir bendungan tanpa mendatangkan arus balik.

Menteri Basuki juga bertekad akan melakukan penataan di Muara Kali Juwana yang selama ini juga digunakan untuk pelabuhan perahu nelayan. Kementerian PUPR akan memperlebar muara, seraya menyediakan tambatan perahu.

‘’Kalau dibiarkan, deretan perahu nelayan itu bisa menghambat aliran sungai. Semua harus ditata. Perahunya ada di tempatnya dan aliran air sungai mendapatkan ruang,’’ ujar Menteri Basuki.

  • Bagikan