Berhenti Jadi Karyawan Perusahaan, Nur Hasanah Kini Raup Miliaran Rupiah dari Bisnis Fashion

  • Bagikan

Terjun ke dunia wirausaha memang bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan keberanian dan ketekunan agar bisnis tersebut dapat bertahan dan bahkan menjadi semakin besar.

Keberanian dan ketekunan itu ditunjukkan oleh Nur Hasanah, pemilik butik House of Nuy. Ia memutuskan untuk berhenti jadi karyawan di sebuah perusahaan swasta dan memilih mengembangkan sebuah butik fashion hijab.

Dari butik House of Nuy, perempuan berusia 34 tahun itu bisa meraup miliaran rupiah.

Nuy, sapaan akrab Nur Hasanah, menceritakan awal mula ia terjun ke dunia wirausaha. Ia merintis usaha fashion itu berangkat dari hobinya berbelanja pakaian  saat masih menjadi karyawan perusahaan.

Ia memulai usahanya itu dengan menjual produk di media sosial. Dari awalnya hanya iseng-iseng, respon positif teman-teman di media sosial membuatnya semakin mantap melanjutkan usaha tersebut.

Hingga kemudian pendapatan dari jualan itu melampaui gajj di perusahaan, ia memutuskan berhenti dari perusahaan tersebut.

“Sebelum pandemi, omzet per bulan bisa satu miliar, itu dari penghasilan online dan offline. Tapi pas awal pandemi, omzet sempat turun sampai 50%,” ujar Nuy kepada wartawan pada Kamis (25/11/2021).

Untuk memenuhi permintaan pasar, Nuy lebih memilih bekerja sama dengan berbagai supplier fashion untuk produk-produk fashion hijab. Selain itu, ia juga memproduksi barang sendiri seperti daster dan masker.

Bisnis yang awalnya lancar-lancar saja itu mulai mendapat goncangan saat pandemi COVID-19 merebak di Indonesia. Nuy mengaku harus memutar otak agar bisnisnya tetap bertahan.

Ia sempat berinovasi dengan mengganti produk jualannya menjadi masker dan homedress atau daster. Hal ini ia lakukan karena banyak masyarakat yang harus membatasi aktivitas di luar rumah selama pandemi.

“kira-kira yang dibutuhin apa selama pandemi kami coba sediakan. Seperti baju rumahan itu banyak pembelinya karena banyak orang di rumah saja selama PPKM,” imbuhnya.

House of Nuy kini telah memiliki puluhan reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Nuy mengaku memudahkan para reseller jika ingin join usahanya. Syaratnya cukup mudah dan seluruh konten akan disediakan oleh House of Nuy, termasuk foto-foto produk.

“Syarat reseler tuh gampang, konten disediakan, jadi reseller tinggal duduk manis, cuma bermodal main sosmed,” katanya.

Adapun target pasar House of Nuy selama ini adalah pemakai fashion hijab. Nuy juga mengatakan butiknya selalu melakukan update koleksi setiap harinya agar para konsumen tidak bosan dengan pilihan fashion yang ada.

Nuy mengaku bahwa menjalankan bisnis House of Nuy tidaklah mudah. Ia menghadapi banyak kendala, di antaranya semakin banyaknya kompetitor dan perilaku menjiplak ide maupun konten promosi milik House of Nuy.

Namun ia menekankan House of Nuy berupaya menghadirkan strategi marketing yang berbeda dari supplier yang lain.

“Kami memperkuat strategi pemasaran dari sisi story telling dan sisi branding, supaya ada pembeda dari para pesaing,” imbuhnya.

Dalam meningkatkan strategi penjualan, House of Nuy selalu memakai foto produk asli yang difoto ulang oleh para staffnya, sehingga barang yang disajikan bersifat real picture meskipun dipasarkan secara online.

Saat ini, butik House of Nuy memiliki 10 karyawan yang bertugas untuk melakukan rebranding produk serta admin sosial media dan marketplace.

Meski berbasis online, House of Nuy juga memiliki toko offline. Toko itu di buka pada tahun kelima sejak House of Nuy berdiri. Pada 6 November lalu, House of Nuy telah meresmikan butik offline kedua yang terletak di kawasan Cileungsi, Bogor.

Menurut Nuy, bisnis fashion online menjadi peluang yang menjanjikan di masa depan. Terbukti dari ketahanan House of Nuy menghadapi dampak penurunan ekonomi masyarakat akibat pandemi COVID-19.

Ia mendorong masyarakat, terutama para ibu rumah tangga untuk berani memulai berbisnis fashion secara daring agar bisa membantu perekonomian keluarga.

“Karena sekarang kan semuanya serba online, jadi tidak ada salahnya mencoba peluang berbisnis fashion. Siapa tau menguntungkan,”pungkasnya. (*)

  • Bagikan