Pendidikan Merdeka Ala Dimas

  • Bagikan

Opini ditulis oleh: Edi Mulyadi, Mahaiswa Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pendidikan dalam kerangka kehidupan menjadi hak asasi yang kemudian melekat pada diri seseorang. Setiap tingkah laku yang didasarkan pada jiwa orang yang terdidik tentunya menjadi berbeda ketika dibenturkan dengan kondisi lingkungan yang sangat minim pendidikannya.

Hal ini tentu menjadi fakta ketika seorang yang berpendidikan mampu mengejawantahkan ilmu yang didapatkannya ditengah kondisi lingkungan yang mungkin tidak mendukung. Konsep dasar pendidikan, merupakan cerminan yang harus diperjuangkan oleh setiap orang, baik dalam konteks negara maupun pemerintahan.

Pendidikan menjadi dasar utama ketika setiap manusia ingin menjadi manusia seutuhnya. Hal ini didasarkan pada konsep utama yang ada dalam pendidikan itu sendiri yakni memanusiakan manusia. Manusia tidak akan menjadi manusia jika seandainya dia tidak berpendidikan layaknya manusia yang lain.

Pun, menjadi tanggung jawab setiap elemen untuk mewujudkan misi dari pendidikan tersebut. Diberbagai negara manapun, sejarah pendidikan merupakan semboyan utama yang membuat negara-negara tersebut bangkit dan kembali memperjuangkan hak dan kewajibannya sebagai negara yang utuh.

Restorasi pendidikan yang dialami oleh seluruh negara tersebut tentunya berbeda, yang pada akhirnya membuat mereka menjadi negara yang ditakuti. Mendeskripsikan pendidikan berarti memaknainya sebagai jalan untuk menjadi manusia seutuhnya.

Dalam buku yang berjudul “Pendidikan Kaum Tertindas” karya Paul Friere, dijelaskan bahwa, pendidikan merupakan cara dan misi utama untuk melawan dehumanisasi. Ungkapan tersebut dapat diinterpretasi sebagai upaya yang harus dilakukan untuk mencegah lajunya alur perbudakan.

Dalam konteks ini, restorasi pendidikan menjadi cara yang harus dilaksanakan, karena jika sebuah negara mengalami dekadensi pendidikan maka bisa dipastikan negara tersebut hanya akan menjadi daging yang dimakan oleh ulat. Pendidikan adalah suatu langkah emansipasi yang terus dan harus dilakukan untuk membuat sebuah bangsa memiliki integritas yang utuh. Itulah sebabnya pendidikan dijadikan sebagai misi kemanusiaan yang pada akhirnya bersentuhan langsung dengan fitrah manusia.

Dalam konteks perkembangan negara Indonesia, deskripsi tentang sejarah pendidikan tentunta menjadi referensi yang harus dijadikan sebagai rujukan utama untuk melihat lebih dekat bagaimana corak utama pendidikan yang ada dinegara ini. Lahirnya organisasi pendidikan pertama di Indonesia yang pada akhirnya disebut sebagai Boedi Oetomo pada 28 Mei 1908 adalah cerminan jelas dari misi bangsa ini bahwa, pendidikan bukan sebuah retorik tanpa aksi akan tetapi aksi yang pada akhirnya melahirkan sebuah pemabaruan yang nyata.

Hal ini merupakan semangat yang menghiasi cara pandang perkembangan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang harus memiliki integritas. Dalam catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Anggaran Pengeluaran Belanja Negara (APBN) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Khusus anggaran untuk pendidikan dialokasikan sebesar 508,1 T yang dapat meningkatkan infrastruktur pendidikan yang ada di Indonesia. Akan tetapi walaupun pada dasarnya anggaran tersebut dialokasikan tak main-main tetapi masih banyak rentetan peristiwa yang menggambarkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya mampu membawa pembaruan. Kekurangan infrastruktur dan masih banyaknya “aksi perampokan’ oleh oknum negara membuat bangsa ini menjadi kian terpuruk.

Adalah kisah Dimas yang menarik untuk dikaji bagaimana pendidikan di Indonesia berjalan. Salah satu siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berasal dari Rembang ini mengalami ketertinggalan informasi untuk mengakses pendidikan. Dibeberapa situs media online, kisah dimas yang berangkat sekolah ditengah pandemi hanya seorang diri itu dapat dicirikan sebagai upaya gagal untuk membuat masyarakatnya menjadi manusia yang sejati. Sebagaimana informasi yang beredar dibeberapa media online, dimas yang notabene adalah orang yang semangat dalam menimba ilmu justru dipatahkan semangatnya oleh pemerintah yang kurang memahami apa sebenarnya eksistensi pendidikan. Kemerdekaan belajar yang diperjuangkan oleh dimas tentunya menjadi rasionalitas yang harus diacungkan jempol. Tentunya implementasi yang berangkat dari semangat dimas untuk terus belajar dapat dikatakan sebagai upayanya untuk memperjuangkan pendidikan yang merdeka.

Hal tersebut menjadi referensi bagaimana pemerintah memaknaiulang tentang pendidikan itu sendiri. Pendidikan merdeka bukanlah merupakan sebuah semboyan yang hanya berada pada wilayah retorik belaka, akan tetapi eksistensi pendidikan merdeka terletak pada semangat setiap orang untuk memperjuangkan hak dan kewajibannya untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

  • Bagikan